Darul Manthiq - Bening Hati Cemerlang Akal Di Sini dan Di Sana

CINTA KEPADA NABI MUHAMMAD SAW

Senin, 13 Februari 2012

Buku Al-Jami'u 'l-Shaghir mengungkap suatu pernyataan: Man Ahabba Syai-an Aksara Min Dzikrihi 'Orang yang mencintai sesuatu, ia banyak mengingat dan menyebutnya'. 
Sebagian Umat Muslim Indonesia banyak mengingat dan menyebut Nabi Muhammad Saw, termasuk penyelenggaraan memperingati lahir beliau. Penyelenggaraan peringatan tersebut dilangsungkan pada bulan Rabi'u 'l-Awwal, sehingga bulan ini disebut, khusus di Indonesia, bulan mulud. Bahkan dari ungkapan mulud tersebut dimunculkan istilah tertentu, seperti aki-aki tujuh mulud, kokoro manggih mulud, cangkaruk mulud, dan sebagainya. Ini menunjukkan istimewa dan terkenangnya lahir Nabi Muhammad Saw di bulan termaksud.
Pelaksanaan muludan ini dengan bermacam kegiatan. seperti ngabungbang, nyangku, dan bentuk bentuk lainnya. Meskipun beragam bentuk-bentuk kegiatan tersebut; namun maksud dan tujuanya sama, yaitu "memperingati lahir Nabi Muhammad Saw.
Maksud dan tujuan muludan, ialah (1) sarana dakwah dan (2) alatan mahabbah, yakni cinta kepada Nabi Muhammad Saw.
"Siapa yang mencintai Nabi Muhammad, Rasulullah Saw, maka ia akan bersama-sama dengan Beliau kelak di surga".
Namun cinta kepada Nabi Muhammad tidak sekedar memperingati lahirnya dan mencinti pribadinya; yang paling pokok adalah mengakui dan mengikuti kerasulannya, mentaati dan patuh akan ajarannya serta selaras dengan yang digariskan oleh Allah Saw Awj dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Bila cinta kepada Nabi Muhammad Saw semata-mata cinta kepada pribadinya saja, maka yang bersangkutan termasuk yang bercinta emosional, yakni manakala Nabi Muhammad Saw direndahkan orang, maka yang bersangkutan marah, namun ajarannya tidak dilaksanakannya, tidak mengikuti, taat, dan mencontohnya dalam segala ucap dan perbuatannya; inilah yang disebut cinta 'athfiyah. Cinta kepada Nabi Muhammad Saw, dapat dikatakan cinta minhajiyyah yang positif konstruktif, manakala cinta tersebut berupa mengikuti ajarannya.
Sikap manusia kepada Nabi dapat dikelompokkan kepada (1) yang tidak mengakui dan tidak mengikuti Nabi, menolaknya sepenuhnya bahkan memusuhi dan memeranginya; (2) yang mengakui tetapi tidak mengakui kerasulannya, karena gengsi dan intervensi; (3) yang mengakui dan mengikuti, namun tidak selaras karena munafik (hipokrit); dan (4) yang mengakui dan mengikuti serta selaras karena shiddiq.
Bila ada pada posisi kelompok yang keempat, maka jadilah penghuni surga bersama-sama Nabi Muhammad Saw.


Related Post

0 komentar:

Posting Komentar