Darul Manthiq - Bening Hati Cemerlang Akal Di Sini dan Di Sana

GURU YANG BERUPAYA MAUNYA DIGUGU DAN DITIRU

Sabtu, 18 Februari 2012

Aku seorang guru. Guru yang kehilangan daya tarik dan ditinggalkan (peminat menjadi) murid. Aku patut disalahkan; bukan guru yang layak disalahkan, namun aku sebagai orang guru. Bukan pula (para peminat mejadi) murid, juga bukan pula masyarakat keguruan dan keilmu-pendidikanan atau masyarakat umum dan pada umumnya. Daya tarik guru datang dan menyebul dari aku sebagai orang guru. Daya tarik guru diciptakan dan diupayakan oleh aku, orang guru. Murid yang dituntun, yang menyimak dan mencerap melalui indera, rasa, akal, dan hati (qalb), yang kemudian membenci atau memuji, atau menghargai dan berbagi.

Jika tak ada lagi yang berminat mempelajari sesuatu dariku sebagai orang guru, maka yang patut disalahkan adalah aku pula, yang menjadi orang guru, bukan guru itu sendiri atau anggota masyarakat yang tak berminat datang berkunjung untuk berguru kepadaku sebagai orang guru. Guru hadir dan bergulir bersama komunitas. Hakikat guru serta keguruan dan keilmu-pendidikanan adalah kebersamaan. Dunia guru serta pikiran dan tindakan keguruan itu dibangun secara kolektif. Keterjadian guru menyebul muncul dari kegiatan bersama. Peribadatan dan pembatian bersama dan persahabatan.

Guru, yang dimaksud aku sebagai orang guru mesti menciptakan komunitas kebersamaan dan persahabatan, lalu memeliharanya, dan bukan malah mempertajam kesendirian. Guru dalam sistem sosial, yang tak pernah berlangsung di ruang yang kosong. Guru merupakan pertemuan yang padu utuh seutuhnya dari panca indera, rasa (dzauq), pikiran, dan tindakan. Indera penghasil sains yang mendukung praktek yang bersifat operasional, dzauq mempertajam kepekaan, pikiran melahirakan teori, dan tindakan menyatukan serta membuahkan hasil nyata.

Barangkali aku dalam banyak penyimpangan, aku melulu kemenyendirian; yang mengakibatkannya aku dalam keserba kemandegan. Bisa-bisa berkat aku, guru dalam posisi teraliensi; guru dijadikan atau dengan sendirinya menjadi monster, ririwa yang mengerikan, egoistis, rumit memperumit, kompleksitas yang pepal absurditas, tidak menarik karena aku sebagai orang guru berfokus hanya kepada diri pribadi-personal, sangat subjektif. Jangan-jangan karena aku yang berperilaku seperti itu, mengakibatkan guru dan peristiwa keguruan juga segala kegiatan dan aktivitasnya tersudutkan pada ujung bahwa guru dan peristiwa keguruan itu hanya buang waktu dan buang energi belaka. Lalu, guru pun, termasuk aku sebagai orang guru itu akan dihindari. Yang akibatnya, guru dan aku terpinggirkan dan tersingkirkan oleh masyarakat itu sendiri.

Untuk itu, aku setiap saat harus menemukan jawaban dan pemecahan permasalahan 1). apa yang perlu aku berupaya tatkala aku sebagai orang guru kehilangan daya tarik, 2). langkah apa yang segera perlu aku lakukan tatkala aku sebagai orang guru mulai kehilangan (peminat menjadi) murid, 3). apa yang perlu dilakukan agar aku sebagai orang guru kembali memiliki daya tarik, tatkala aku sebagai orang guru tidak menarik lagi untuk digugu dan ditiru.

Sikap responsifitas aku akan berupa jawaban dan pemecahan masalah-masalah itu perlu dalam kesegeraan; desakan permasalahan itu sangat terang; permasalahan saat kini dan di sini, harus dipecahkan sekarang sesegera mungkin juga. Permasalahan kemarin atau esok hari, pemecahannya akan lain lagi. Jiwa zaman, wawasan, dan kawasan menuntut dan menuntun penyelesaian dan pemecahan permasalahan berlainan dan berbeda-beda serta secara sendiri-sendiri, serta masing-masingnya bersifat spesifik; sehingga menggambarkan tindakan penanggulangannya pun berbeda.

Aku perlu hadir secara bersama dan bersahabat pada suatu waktu tertentu dan bertemu pada sebuah ruang yang menjadi tempatnya.

Aku mesti terus menerus mempelajari, mengamati, menakar, menilik, menimbang, dan memperhitungkan aku sebagai pelaku sebagai orang guru, tempatnya, dan komunitasnya. 

Aku mesti memiliki impian, gagasan atau idea yang dikonsepkan menjadi sebuah rancangan tindakan; aku mesti menguasai pengetahuan dan keterampilan bermenjadi guru, yang kemudian dikembangkan bahkan dibuahkan secara optimal selaras kebutuhan; aku mesti membiasakan kreatif; aku mesti membangkitkan tindakan keguruan dari orang, atau sejumlah orang yang berhasrat serta berminat; dan aku mesti dalam kebersamaan dan kebersahabatan degan masyarakat sekaligus saling berbagi.

Aku bermenjadi guru karena hendak mengungkapkan rasa terimakasih kepada sama sama manusia, kehidupan, alam, dan yang tertinggi kepada Tuhan, Allah Swt Awj. Aku berupaya berupa kemencarian dan pencapaian kebahagiaan dunia-akhirat melalui cermin jujur (al-Amin) yang bersumber dari akal, daya budi (qalb), dan hati nurani (dzauq) sebagai anugerah dari Tuhan, Allah Swt Awj. Wa 'l-Llahu a'lam




Related Post

0 komentar:

Posting Komentar