Darul Manthiq - Bening Hati Cemerlang Akal Di Sini dan Di Sana

AHLAN WASAHLAN DI RUMAH AKAL

Sabtu, 15 Oktober 2011

Draf penulisan kembali konsep
DARUL MANTHIQ:
Ruang Lingkup Pergolakan Pandangan dan Sikap Hidup
Melalui Penghampiran Fiqh, Filsafat dan Tashawwuf
Oleh Sobar Al Ghazal, Drs., M.Pd
‘amma soal
Rapat Plus Silaturahim Syawwal 1426 Hijriyah Pembina Yayasan Darul Manthiq
Selasa, 20 Syawwal 1426 H / 22 Nopember 2005 M
Pukul 20.00 S/D 21.30 Wib. “Rumah Akal” G.40
Sekretariat YDM Padasuka Indah II Gadobangkong Ngumprah Bandung


DARUL MANTHIQ :
Ruang Pergolakan Pandangan Dan Sikap Hidup
Melalui Penghampiran Fiqh, Filsafat, dan Tashawwuf


A. Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim
Al-Hamdu Lillahil Ladziy Asyraqa Qulubal ‘Arifina bi Tasyriqi Nuril Imani. Wash Shalatu was Salamu ‘Ala Muhammadin Sayyidil Mursalina Wa ‘ala Alihi Wa Shahbihi Ajm’ina Amma Ba’du

Kami memulai penulisan ini melalui permulaan dengan memohon pertolongan kepada Dzat yang memiliki nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji dipunyai oleh Allah yang membeningkan hati orang-orang yang mengenalnya dengan pembeningan hati yang tercahayai kilauan cahaya iman. Rahmat dan sejahtera semoga menetap pada Muhammad pemimpin para utusan Allah, juga semoga tetap pada keluarga dan para sahabat beliau semuanya. Adapun setelah itu :

Konsep pendirian Darul Manthiq menjadi Yayasan sekarang ini di sini berpangkal tolak dari konsep DARUL MANTHIQ: Ruang Pergolakan Pandangan dan Sikap Hidup Melalui Penghampiran Fiqh, Filsafat dan Tashawuf. Oleh karena itu kontinum perjalanan pergolakan tersebut bertopang pada tema: DARUL MANTHIQ: Ruang Pergolakan Pandangan dan Sikap Hidup Melalui Penghampiran Fiqh, Filsafat dan Tashawuf, yang maksudnya untuk memberikan penjelasan kembali tentang filosofi, identitas, arah yang ingin dicapai, budaya, pendekatan yang dikembangkan serta hal lain yang urgen agar Yayasan ini dikenal secara mendasar, mendalam, sestematis, serta utuh menyeluruh baik oleh warganya sendiri maupun pihak lain.

Penulisan kembali tema: DARUL MANTHIQ: Ruang Pergolakan Pandangan dan Sikap Hidup Melalui Penghampiran Fiqh, Filsafat dan Tashawuf, juga merupakan suatu bagian yang penting dalam merespons keberlanjutan ‘orang-orang Yayasan’ yang masih concern serta tetap menjalankan aktivitas realistis-nya, demikian juga sebagai welcome terhadap orang-orang yang turut terlibat dan berkehendak berdedikasi tinggi untuk mengembangkan dan memajukan diri ke arah lebih besar di Yayasan, merespons banyak pertanyaan menyangkut harakah yang akan dikembangkan di depan,. Oleh karena itu, dengan penulisan kembali Darul Manthiq: ruang pergolakan pandangan dan sikap hidup melalui penghampiran fiqh, filsafat, dan tashawuf ini : diharapkan dapat menjelaskan secukupnya.


B. Muqaddimah

YAYASAN DARUL MANTHIQ yang menyelenggarakan Lembaga Study Islam (LSI), Lembaga Kependidikan Islam (LKI), Lembaga Bimbingan dan Konseling Islam (LBKI), dan lembaga Pemberdayaan Ekonomi Umat (LEPEU) berjalan berdasarkan konsep DARUL MANTHIQ: Ruang Pergolakan Pandangan dan Sikap Hidup Melalui Penghampiran Fiqh, Filsafat dan Tashawuf, yang harus dipahami dan dijadikan acuan semua komponen yang terlibat di dalamnya.

Konsep DARUL MANTHIQ: Ruang Pergolakan Pandangan dan Sikap Hidup Melalui Penghampiran Fiqh, Filsafat dan Tashawuf menyangkut dasar filosofis arah yang ingin diraih, kualitas proses dan produk yang diidealkan, karakteristik komponen Darul Manthiq serta berbagai pendukung yang diperlukan Yayasan.

Kejelasan konsep DARUL MANTHIQ: Ruang Pergolakan Pandangan dan Sikap Hidup Melalui Penghampiran Fiqh, Filsafat dan Tashawuf berfungsi sebagai petunjuk arah berbagai kegiatan yang dikembangkan dan sekaligus dijadikan sebagai pemersatu sumber inspirasi dan kekuatan penggerak bagi semua komponen yayasan yang ada.

Idealita DARUL MANTHIQ: Ruang Pergolakan Pandangan dan Sikap Hidup Melalui Penghampiran Fiqh, Filsafat dan Tashawuf, diharapkan tegak dan teguh bertopang pada konsep yang jelas, utuh dan komprehensif itu, namun akhir-akhir ini secara realita yang baru dapat dijalankan baru kegiatan-kegiatan parsial, itupun baru berdasarkan pada tradisi atau kebiasaan yang manual.


C. Filosofi Darul Manthiq


  1. Manusia Darul Manthiq adalah orang yang mengedepankan berpikir berpenghampiran fiqh, filsafat dan tashawwuf. Ia menguasai ilmu yang luas, pandangan yang tajam, aqal yang cerdas qalb yang lembut dan semangat beramal soleh;
  2. Manusia Darul Manthiq adalah orang yang berfiqh, berfilsafat dan bertashawuf;
  3. Komunitas Darul Manthiq berorientasi hidup menggapai ridha Allah Swt Awj
  4. Identitas Darul Manthiq dapat dibangun melalui penjalanan Lembaga Study Islam (LSI), Lembaga Kependidikan Islam (LKI), Lembaga Bimbingan dan Konseling Islam (LBKI), dan Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Umat (LEPEU).
D. Ukuran Keberhasilan Darul Manthiq
  1. Berpandangan dan bersikap bahwa keberhasilan tidak sekedar terletak pada kekuatan kebutuhan jasmani, melainkan keselamatan dan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi sekaligus
  2. Menyakini kehidupan jasmani dan ruhani, dunia dan akhirat, keduanya sebagai dimensi kehidupan yang harus dan dapat menyeimbangkan hidup.
  3. Darul Manthiq dengan Lembaga Study Islam (LSI), Lembaga Kependidikan Islam (LKI), Lembaga Bimbingan dan Konseling Islam (LBKI), dan Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Umat (LEPEU)nya dapat mengantarkan seseorang menjadi manusia terbaik sehat jasmani dan ruhani;
  4. Darul Manthiq dengan Lembaga Study Islam (LSI), Lembaga Kependidikan Islam (LKI), Lembaga Bimbingan dan Konseling Islam (LBKI), dan Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Umat (LEPEU)nya mengantarkan seseorang beridentitas;
  • Berpikir berpenghampiran fiqh, filsafat dan tashawuf
  • Berpandangan tajam;
  • Berdzauq lembut serta sensitif;
  • Bersemangat beramal sholeh

E. Orientasi Darul Manthiq
  1. Membina manusia agar menjadi manusia yang sebenar-benarnya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Swt Awj wa Rasulihi Saw.
  2. Berpandangan dan bersikap hidup secara fiqhi, filsafi, dan sufistik yang berdasarkan Tauhid.
F. Pendekatan Darul Manthiq
Berpikir benar dan tepat atas dasar pengembangan pikir melalui fiqhi, dzikir melalui filsafi dan amal sholeh melalui tashawufi.
G. Budaya Darul Manthiq
  1. Komunitas yang bergejolak dalam pandangan dan sikap yang berdimensi lahiriah maupun batiniah dan ruhaniah
  2. Suasana yang dinamis, penuh kekeluargaan, kerjasama, seta saling menghargai sebagai sumber inspirasi dan kekuatan harakah menuju ke arah kemajuan ruhaniah, spiritual, intelektual dan profesional (rasional dan logis) dengan tetap pada berpikir yang benar dan tepat sebagai manusia yang sebenar-benarnya manusia sebagaimana yang dikehendaki Allah Swt Awj dan Rasul-Nya Saw.
H. Struktur Keilmuan Darul Manthiq
WAHYU

FILSAFAT
TEORI
ILMU
OPERASIONAL
MANUAL
PETUNJUK PELKSANAAN           PETUNJUK TEKNIS



I. Komponen Darul Manthiq


  1. Pembina, pengurus dan karyawan serta pengguna (santri atau anggota dst) berpandangan dan bersikap hidup guna memperoleh keridhaan Allah swt awj.
  2. Pembina, pengurus dan karyawan serta pengguna (santri atau anggota dst.) memiliki kesamaan tujuan berupa sama-sama menggapai ridha Allah Swt Awj yang tampil dalam saling mencintai dan menghargai di antara seluruh komunitas Darul Manthiq dan dengan lingkungan serta sekitarnya secara akrab dan lembut.


J. Bahasa Pergaulan Darul Manthiq 

  1. Pembina, pengurus dan karyawan serta pengguna (santri atau anggota dst) baik individual maupun kolektif adalah representasi atau cermin kebesaran dan kewibawaan Darul Manthiq
  2. Pembina, pengurus dan karyawan serta pengguna (santri atau anggota dst) berbusana dan menggunakan bahasa rasional dan logis yang mencerminkan harkat dan derajat serta martabat islam yang agung dan tinggi.


K. Manajemen Pengelolaan dan Pengembangan Darul Manthiq

  1. Penataan dan pengelolaan atau pengaturan seluruh kegiatan pelayanan Studi Islam, Pendidikan Islam, Bimbingan Konseling Islam dan Pemberdayaan Ekonomi Umat;
  2. Upaya menumbuh-kembangkan Darul Manthiq (baik fisik maupun matafisik) agar tahap demi tahap mengalami kemajuan



L. Penutup

Draf penulisan kembali konsep DARUL MANTHIQ: Ruang Lingkup Pergolakan Pandangan dan Sikap Hidup melalui Penghampiran Fiqh, Filsafat dan Tashawwuf ini masih memerlukan pengajian dan pengkajian yang seksama.



‘amma soal
Darul Manthiq
Gema islam rasional
Logis bagi umat
Rapat Plus Silaturahim Syawwal 1426 Hijriyah Pembina Yayasan Darul Manthiq
Selasa, 20 Syawwal 1426 H / 22 Nopember 2005 M
Pukul 20.00 S/D 21.30 Wib. “Rumah Akal” G.40
Sekretariat YDM Padasuka Indah II Gadobangkong Ngumprah Bandung


Related Post

7 komentar:

Sobar Alghazal mengatakan...

rumah akal gimana ya?

Sobar Alghazal mengatakan...

Pada mulanya keberadaan kita dalam taqdir mughram, sepenuhnya ada dalam ketetapan Allah Swt Awj, tanpa turut campur upaya dari pihak selain-Nya, seperti kita kini di sini terperangkap oleh ruang dan waktu yang secara kosmologis kita tak berdaya kecuali menyelaraskan dengan alam itu. Namun lama kelamaan atas kehendak Allah Swt Awj, ruang dan waktu kosmologis itu diubah oleh kekuatan antropologis kita sehingga kita tidak hanya berada tetapi sekaligus mengada. Sisi antropologis ini yang menjadi ada taqdir mukhtar, yakni ketentuan Allah Swt Awj yang melibatkan turut campurnya pihak selain-Nya, yang akibatnya Ruang dan waktu tidak sekedar menjadi house (bangunan alam yang meliput ruang dan waktu yang membelenggu kita) tetapi sekaligus sebagai home (semacam ketentraman berada di dalamnya, sebagai hasil mengeluarkan diri dari house sang pembelenggu guna berbenah diri, mengembangkan diri menuju arti dan makna diri dalam house yang digubah menjadi home). Rumah seperti itulah yang dimaksud dalam "Rumah Akal". Akalnya itu sendiri bersifat teologis, sehingga akal adalah nous atau nomos yang cukup mewakili Allah Swt Awj dalam pertanda keberadaan-Nya, sebab akal-lah yang mengenal Allah Swt Awj, yang tentu saja kenal diri, sesama diri, lingkungan dan alam (ruang dan waktu) semesta. Man 'Arafa Nafsahu Fa Qad 'Arafa Rabbahu. Jadi, Rumah Akal adalah pergolakan hidup eksistensial manusiawi rabani menuju perwujudan hidup bersama dengan tenang yang sarat produk...

Sobar Alghazal mengatakan...

Nah tersebut di atas itu merupakan sisi ontologis, apa itu Rumah Akal? Adapun sisi epistemologisnya: Bagaimana Rumah Akal itu? Rumah Akal sebagaimana pada umumnya rumah memiliki seperangkat alur dan atur yang cukup membantu ke arah tujuan yang dituju. Tujuan yang dituju itu ialah menjadi yang terbaik. Yang terbaik dalam kerangka Rumah Akal yaitu penghuninya agar menjadi manusia.

Ciri manusia ialah hatinya bening, akalnya cemerlang, dan badannya pelambang keberanian sebagai jembatan eksistensial kemanusiawian berupa tenang dan produktif di alam ini sebagai hamba sekaligus khalifah Allah Swt Awj di bumi tadi.

Hati bening bertandakan bahwa diri yang berhati itu tahu, mau, dan mampu mengendalikan diri, seperti sabar yang intinya Iman. Ini dapat dilatih melalui metodologi dan ajaran tashawwuf (mistik Islami) yang terutama berdimensi religi ilahi, katakan saja agama Islam. Untuk itu Rumah Akal pergolakannya turut membantu orang ke arah jadi sufi. Jadi bagaimana Rumah Akal itu, ya itu tadi sebagai alat menuju puncak insani, yang dapat diraih lewat tashawwuf (mistik Islami).

Cemerlang akal bercirikan orang berakal itu tahu, mau, dan mampu bernalar benar. Indikator (wujud) bernalar benar menguasai dan mengaplikasikan Ilmu Manthiq (logika) yang inti filsafat; produknya banyak pengetahuan, pandai dan cerdas. Untuk sampai ke arah itu, maka Rumah Akal menyediakan pelatihan berpikir benar, yakni berfilsafat; melalui pendidikan berfilsafat inilah orang dapat tahu, mau, dan mampu bernalar benar.

Berbadan sehat dan kuat, indikatornya orang termaksud tahu, mau, dan mampu menyelesaikan pekerjaannya, yang tentunya banyak produknya dalam kerang menjalani hidup sebagai komunikasi vertikal (hablun mina 'l-Llah) dan horizontal (hablun mina 'l-Nas) yang penghujung-pangkal dan prosesnya Hablun mina 'l-Llah. Di sinilah orang perlu penguasaan fiqh tentu dengan ushulu 'l-fiqhnya. Rumah Akal menyediakan sarana hal itu.

Rumah Akal, ya Fiqh - Filsafat - Tashawwuf itulah jadinya.

Sobar Alghazal mengatakan...

Adapun sisi aksiologis, yang menyagkut apa manfaat atau sumbangan praksis, Rumah Akal kepada pembangunan orang, kelompok orang, negara, dan bahkan kepada dunia, yaitu di antaranya memberi tuntunan agar berpikir teoretis dan praktis secara prosedural, yakni bermula filsafat atau dari pandangan hidup, yang kemudian diturunkan kepada filsafat yang berfokus kepada masalah hidup yang dihadapi, yang dapat menemukan paradigma baru yang diturunkan kepada teori; yang dari teori tersebut turunkan kepada ilmu yang pada penghujungnya tingkat ilmu tersebut diturunkan kepada model-model pemecahan masalah hidup dalam pembangunan diri, sesama, lingkungan baik tingkat negara ataupun dunia.

Sobar Alghazal mengatakan...

Program Rumah Akal meliputi beriman dan beramal shaleh yang indikatornya berupa perilaku baik, berpengetahuan benar, berpenghayatan indah.

Sobar Alghazal mengatakan...

Iman dalam arti percaya, ialah kerja ruhani yang dipergunakan akal budi untuk meyakini dan mengakui sesuatu yang tidak atau belum dialami.

Iman dalam arti percaya yang disinggung di atas, merupakan kerja akal budi, yang produknya keyakinan atau pengakuan akan sesuatu dan sesuatu hal yang belum atau tidak dialami. Umpamanya kita percaya adanya surga. Kita kan belum atau tidak mengalami surga tersebut, tetapi kita yakin atau mengakui adanya. Walhashil produk kerja akal budi tersebut adalah pengetahuan (mengetahui), namun pengetahuan yang diperoleh itu bentuk pengetahuan a priori. Kalau iman dalam arti percaya itu sebagai kerja akal budi yang hasilnya pengetahuan, khususnya pengetahuan a priori, maka iman bertalian dengan persoalan epistemogi. Bagaimana dan di mana pertaliannya itu?

Sobar Alghazal mengatakan...

Pengetahun a priori berkaitan dengan objek non-indriah (abstrak) yang kriteria kebenarannya logis. Sedangkan logis garis besarnya adalah kerja akal. Kerja akal dalam menetapkan atau mengingkari sesuatu pada sesuatu hal atau sesuatu dari sesuatu hal, tidak berdasarkan kejadian dan otoritas wahyu. Nah dari sini kelihatan hebatnya akal bisa percaya, yakni meyakini atau mengetahui sesuatu tanpa bukti sebagai hasil dari kejadian yang bersifat faktis-empiris maupun bukti dari otoritas wahyu baik afirmasi ataupun negasi. Dan anehnya lagi akal akan percaya kepada Allah di samping tak perlu bukti empirik dan otoritas wahyu, juga tak pernah mengafirmasi maupun menegasi-Nya. Untuk itulah akal dapat percaya murni kepada Allah dan turunan-Nya (malaikat, manusia, binatang, tetumbuhan, bebatuan, pokoknya segala selain-Nya), tanpa pengaruh adanya alam semesta baik yang empiris-faktis-manifes maupun yang abstrak-logis dan supra-logis (metafisis)maupun adanya atau tidak adanya wahyu. Hebat benar akal...

Posting Komentar